11:04 PM
0
Kisah Patah Hati
Pantaskah ?




Patah hati bukanlah sebuah nama makanan, apalagi nama sebuah kota. Bisa bayangin gak kalau ada nama kota dengan “Patah Hati” ? Mungkin masyarakat disana juga ikut baper akan nama kota mereka yang mengingatkan mereka akan mantan – mantan terindah yang harus kandas. Perkenalkan namaku Riko, seorang manusia biasa yang sudah merasakan akan banyak hal di dunia ini, terutama akan patah hati. Entah patah hati yang hanya sekecil semut atau patah hati yang paling menyakitkan sekalipun. Disini aku akan menceritakan beberapa kisahku tentang patah hati yang pernah aku alami selama ini, mungkin bisa jadi mengharukan, sedih, kecewa, bahkan bisa jadi kisah yang lucu ataupun garing – garing saja. Tapi ini tulisanku, kalian kriik alhamdulillah kalau bisa bersama solusinya beserta saran juga ya hehe.

Disaat aku masih sekolah (jangan tanya kelas berapa, anggap saja sekolah yang kalian impikan!!!) hal – hal tentang bermain bersama – sama, bercengkrama dengan kawan – kawan tanpa ada rasa sedih yang menyelimuti hanya tawa yang begitu keras dan juga berkesan. Mengikuti tingkah laku yang ada di televisi, bernyanyi bersama bahkan saliing ejek yang awalnya cukup bikin sakit hati tapi akhirnya ketawa juga bersama – sama. Itu adalah sebuah moment yang begitu indah dan sangat berkesan sekali dikehidupanku.

Seperti halnya dalam hal berteman dengan orang – orang yang dekat yang dekat dan hampir bertemu tiap hari yang hanya sekedar berbicara santai sampai saling ejek yang berakhir dengan tawa canda diantara semuanya. Tapi hal itu tidak bisa terjadi dengan seorang wanita yang sangat cantik, aku selalu saja merasa canggung dan salah tingkah jika harus berhadapan dengannya. Apalagi jika dia mengajakku bicara, aku hanya bisa menggunakan bahasa tubuh yang mudah dimengerti dan menjawab seadanya karena kegerogianku dan juga untuk menatap matanya itu sangat sulit bagiku.
Siapa wanita itu ? dia adalah wanita yang sangat cantik, baru pertama kali ini aku memperhatikan keindahan fisik seorang wanita (ingat wajahnya, bukan yang lain!!). Terima kasih Tuhan telah menciptakan makhluk (atau mungkin bidadari) yang begitu indah ini. Sekedar penjelasan tentang dia, dia memiliki rambut yang terurai panjang dengan mata yang biasa saja tapi terlihat sangat menawan. Tingginya tidak terlalu tinggi, tapi juga tidak termasuk dalam kategori pendek hanya biasa – biasa saja.

Aku tidak tahu rasa sukaku ini hanyalah sebagai rasa mengagumi akan keindahannya atau rasa cinta yang benar – benar timbul ? Jika ada didekatnya aku selalu diam mencoba untuk menyembuyikan kegerogianku, selalu menunduk atau melihat ke arah lain tanpa berani melihat matanya bahkan jantungku selalu berdebar – debar jika dia mendekatiku dan mengajakku bicara.

Tentu saja salah satu temanku menyadari akan keanehanku saat ada di dekat “dia”. Dia terus saja menghuani pertanyaan – pertanyaan seputar kisah cinta, suka dan pacaran. Aku hanya bisa menepis jauh – jauh akan pertanyaan receh seperti itu. Tapi temanku ini benar – benar masih penasaran akan hal itu, sehingga satu-dua orang temanku pikirannya terkontaminasi juga akan hal – hal tersebut yang semakin membuatku tidak nyaman. Aku mengelak semua pertanyaan tersebut bukan karena tidak ingin diketahui tapi aku selalu berfikir, apakah aku pantas untuknya ?

Sampai suatu hari tibalah dimana ada suatu permainan yang waktu itu sangat populer yang bisa saja mengungkapkan akan aibmu yang selama ini tertutup dengan sangat rapat dan dirahasiakan harus didengarkan oleh teman – temanmu atau melakukan hal – hal konyol yang akan menambah aibmu kelak. Ya itu adalah permainan TOD atau Truth or Dare. Permainan yang populer pada waktu jaman sekolahku itu. Akh, pasti kekepoan teman – temanku akan ketertarikan tentang “dia” akan semakin menjadi – jadi ini nih, pikirku.

Truth or Dare pun dimulai, hanya membutuhkan sebuah botol minuman kosong salah satu temanku memutar botol tersebut. Ujung botol sebagai tanda bahwa akan terkena pertanyaan pertama, aibmu kebongkar atau hal memalukan yang akan sulit dilupakan olehmu ataupun teman – teman yang tersebut. Putaran pertama, syukurlah aku selamat dari korban – korban kepoers selama ini hal ini tentu saja menyenangkan bagiku dan menyesakkan bagi sang korban haha. Pertanyaan seputar orang yang disukai bahkan hal – hal berbau mesum-pun dilontarkan jika korban memilih Truth. Tapi tentu saja keberuntungan tidak selalu berpihak pada orang – orang yang berbahagia diatas penderitaan orang lain, akhirnya giliranku menjadi korban muncul juga. Mata – mata haus informasi dari para kepoers sangat tajam dan berapi – api, aku tahu maksud akan tatapan aneh teman – temanku itu.

“Akhirnya teman kita yang satu ini kena juga.” Kata teman 1
“Iya nih, jadi kamu mau Truth or Dare nih ko ?” kata teman 2
“Ko ? emang aku koko counter pulsa apa.” Kataku dengan sinis. Ini adalah caraku menghabiskan waktu sambil berpikir apa yang seharusnya aku pilih.
“Ah banyakan cincong Ko, jadi pilih apa ni?. Kata teman 1 yang tidak sabaran dengan mata kepo yang berapi – api.

Aku berpikir cukup lama untuk menentukan 2 hal tersebut, jika aku memilih Truth kepo temanku yang, dan jika aku memilih Dare pasti hal memalukan yang terjadi akan terbenam dipikiranku selama seumur hidup. Tiba – tiba saat aku belum memutuskan hal yang aku pilih, seseorang yang aku kenal sebagai senior disekolahku mendatangi bunderan aku dan teman – temanku, dia mengobrol cukup dekat dengan “dia”. Sekedar info tentang seniorku, dia ini ganteng, putih dan penampilannya selalu rapi. Meskipun penampilan terlihat seperti bad boy, dia anak yang baik dan juga ramah.

“Keliatan cocok ya mereka berdua” bisik teman 3 padaku. Aku hanya balas dengan anggukan kecil. Benar juga kata temanku ini, aku dibandingin dengan senior itu ? bagaikan air gunung asli yang bening menyehatkan dan minyak yang telah digunakan beberapa kali, hitam dan banyak ampasnya.
“Ehm, kamu mau ngobrol dulu sama kakak itu apa lanjutin nih ?” kata teman 4-ku yang perempuan.
“Eh iya – iya kelupaan, lanjut dong belum kena semuanya nih belum seru. Kam tunggu situ aja kak.” Jawab “dia”
Dengan mantap akhirnya aku memilih Truth, kejujuran lebih baik daripada harus menanggung malu seumur hidup. Aku gak bisa membayangkan jika memilih Dare harus menyatakan cinta kepada “dia”, MANA SIAP??????
“Wah Truth ini, tanya kayak yang sebelumnya aja ya, asik kayaknya.” Kata teman 4-ku perempuan.
“JANGAAAAN!” Teriak teman 1 yang sangat menunggu giliranku untuk menjadi korban. Matanya sudah menunjukan siap untuk menerjang. “Biar aku aja yang tanya, aku punya pertanyaan dasyat ini.” Kata dia sangat antusias. Teman – temanku hanya mengangguk setuju saja.

Dan pertanyaan itu bisa kutebak, “Apakah kamu suka dengan “dia”? semua orang kaget mendengar pertanyaan tersebut dan tiba – tiba saja mengarahkan pandangan kepadaku dengan muka – muka kepo yang jika aku memberikan jawaban yang tidak memuaskan, nyawaku akan terancam. Aku yang juga kaget mendengarnya (hanya pura – pura, karena prediksi keluarnya pertanyaan ini adalah 100%), dan tetap mencoba tenang meskipun aku sangat gugup untuk menjawab pertanyaan yang bahkan tidak diujikan di ujian nasional ini. Dengan nafas yang kuambil cukup panjang ini, aku siap akan menjawab pertanyaan mudah seperti itu didepan mata para kepoers ini.

“Wah kok kalian pada kepo tentang ini sih ? ya “dia” just a friend of mine, like all of you guys in here. Remember!! Aku hanya menganggap teman layaknya kalian ini.” Jawabku dengan tegas tanpa terpatah – patah, meskipun dalam hati ini rasanya sakit dan pasti ada perasaan menyesal entah itu sekarang, besok atau kapanpun juga. Teman – temanku terlihat lesu akan jawaban tersebut, jadi permainan ini berakhir disini saja.

Aku tahu apa yang aku jawab pada pertanyaan itu. Aku berbanding terbalik dengan kakak senior itu yang lagi dekat dengan “dia”. Sedangkan aku, hanya seorang siswa biasa tanpa ada kelebihan yang menonjol.  Apa aku menyesal menjawab seperti itu ? Of course, i’m regret it. Karena jika aku menjawab tidak hanya ada satu pilihan yaitu berhenti saja, tetapi jika aku berkata ya ada dua kemungkinan, lanjut ? atau tidak ? Tapi tentu saja aku selalu berpikir, jika memang lanjut, Apakah aku pantas berdampingan dengannya ?


0 comments: